Tampilkan postingan dengan label Cerita Motivasi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Cerita Motivasi. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 14 April 2012

Hubungan Cinta Dapat Di Rusak Dengan Kemajuan Teknologi

Kemajuan teknologi membuat komunikasi jadi lebih mudah, sekaligus semakin berbahaya. Mengapa begitu? Banyak orang cenderung memanfaatkan teknologi sebagai pengganti komunikasi langsung atau yang dilakukan dengan tatap muka. Selain itu, komunikasi melalui e-mail atau SMS berpotensi menjadi pembicaraan satu pihak saja.

"Anda jadi punya pilihan untuk mengabaikan pesan yang dikirim lewat e-mail ataupun SMS. Kalau tidak suka, tidak perlu menjawab. Anda juga jadi tidak terlalu memikirkan apa yang dirasakan orang lain saat membaca e-mail atau SMS Anda," kata Susan Newman, PhD, psikolog sosial. Coba bandingkan dengan pembicaraan yang terjadi saat Anda bertemu dengan orang lain. Semua terjadi dua arah, bukan?

Newman juga mengungkapkan beberapa kemungkinan terjadi salah paham dengan orang-orang terdekat ketika Anda lebih suka menggunakan jari-jemari untuk mengetik pesan atau e-mail dibandingkan membuka mulut untuk berbicara. Coba simak beberapa di antaranya.

1. Salah ketik, salah sangka
Tidak banyak yang bisa ditulis dalam satu SMS. Itu sebabnya Anda terbiasa menyingkat-nyingkat kata. "Sayangnya, singkatan ini bisa tidak dimengerti oleh penerimanya. Selain itu, barisan teks ini tidak mengungkapkan apa yang Anda rasakan," kata Newman.

Tidak heran, ketika Anda mengirim SMS yang dimaksud sebagai candaan, teman yang menerima mengira Anda sedang mencelanya. "Jika Anda sampai menerima SMS yang tidak jelas apa maksudnya, lebih baik langsung telepon saja. Hindari membalas melalui SMS karena ini tidak akan menyelesaikan masalah, malah hanya akan memperkeruh suasana," saran Newman.

2. Menyelesaikan masalah dengan "e-mail"
Mengirim e-mail untuk memutuskan hubungan dengan si dia tidak sama dengan mengirim e-mail berisi pembatalan pemesanan buku ke toko online. Namun, tidak sedikit orang yang melakukan hal ini, bahkan untuk bercerai. Apakah hal ini dapat diterima pihak lainnya? Jelas tidak. Pertama, tindakan ini membuat Anda dianggap sebagai pengecut. Kedua, salah besar jika hal ini didasarkan pertimbangan agar pihak yang dikirimi e-mail jadi punya waktu banyak untuk mencerna apa yang ingin Anda sampaikan. Mereka justru bisa merasa sangat sakit hati.

"Yang tersirat jelas dari tindakan ini adalah bahwa Anda hanya peduli terhadap diri sendiri. Terserah dengan orang lain," kata Newman. Ia menganjurkan untuk melakukannya secara langsung, sama ketika Anda memutuskan untuk menjalin hubungan dengannya dan menyatakan cinta Anda.

3. Mengintip e-mail orang lain
Dengan adanya Blackberry, akses e-mail tidak lagi menjadi akses pribadi. Cukup tinggalkan handset tanpa dikunci, orang lain akan dapat membuka dan mengintip isi inbox. Bila hal ini Anda lakukan terhadap pasangan, Newman menyarankan untuk menghentikannya.

"Mengintip e-mail orang lain menandakan Anda punya masalah besar soal memercayai orang lain," katanya.

Bisa jadi yang jadi pangkal problemnya bukanlah e-mail seperti apa yang sering diterima oleh pasangan Anda, melainkan bagaimana pandangan Anda terhadapnya.

"Jika Anda curiga terhadap pasangan, lakukan secara langsung. Tak perlu sampai meretas kata sandi e-mail-nya atau mengintip ponselnya. Sepanjang pengalaman saya, ketika sisi emosional menjadi permasalahan, teknologi jarang dapat menjadi solusi tepat untuk memperbaikinya meski pada awalnya terlihat sangat menjanjikan," ujar Newman.
Continue Reading »

Jumat, 30 Maret 2012

Belajarlah untuk selamanya

“Learning is like rowing against the current, as soon as you stop, you are swept back. – Belajar layaknya berenang melawan arus. Bila Anda berhenti seketika itu pula Anda akan terdorong ke belakang.”
~ Confucius
Ungkapan Confucius menegaskan agar kita tidak berhenti belajar. Seseorang yang berpotensi besar mempunyai masa depan cerah di era globalisasi modern ini adalah mereka yang menguasai ilmu pengetahuan. 


Hanya dengan belajar atau selalu memperbanyak bendahara ilmu pengetahuan maka proses pertumbuhan dalam kehidupan kita dapat terus berlangsung. “Meski miskin seorang yang berilmu akan tetap berharga,” demikian tandas Iukuzawa Yukichi (1835-1901) yang hidup di zaman Sakoku (Isolasi). Untuk itu coba kita perhatikan beberapa langkah agar semangat dan kemauan belajar kita terus berkobar.


Yang pertama adalah menanamkan dalam pikiran kita bahwa ilmu pengetahuan itu sangat penting berapapun usia dan bagaimanapun keadaan kita. Seiring dengan perubahan sebagai hasil dari inovasi tehnologi, maka masalah juga akan terus berkembang. Karena itulah kita perlu belajar untuk meningkatkan ilmu pengetahuan dan kebijaksanaan agar dapat mengatasi persoalan-persoalan yang terus berkembang tersebut dengan lebih baik.


Dari sebuah berita di media cetak saya membaca kisah tentang seorang tokoh lansia bernama Plaut. Meskipun sudah berusia 88 tahun tetapi ia tidak kehilangan semangat untuk belajar teologi, sejarah dan bahasa Perancis di Universitas Toronto. Selama 12 tahun menempuh pendidikan, ia dinyatakan lulus pada tanggal 11 Juni 1990, di usianya yang ke 100 tahun. Saat diwisuda, ia dinyatakan sebagai alumni berusia tertua.


Dari sebuah media elektronik nasional diberitakan tentang Mansur yang mengikuti ujian kesetaraan paket B pada tanggal 26 Juni hingga 28 Juni 2007. Dengan kendaraan pinjaman tetangga, Mansur, ayah dua anak itu, bersama rekan yang lain berangkat ke pusat belajar-mengajar Bintang Terang Jagakarsa, Jakarta Selatan. Mansur dan 238 peserta ujian lainnya bertekad untuk mengubah hidup.


Berita lain juga menyebutkan tentang para narapidana yang masih bersemangat menuntut ilmu. Di Lembaga Pemasyarakatan Parepare, Sulawesi Selatan, terdapat 38 narapidana baru-baru ini mengikuti ujian paket A atau setara sekolah dasar. Belasan penghuni LP Sukabumi, Jawa Barat juga serius saat mengikuti ujian paket A. Di Lapas Muara Padang, Sumatara Barat terdapat sekitar 28 napi mengikuti ujian paket B atau setara sekolah menengah pertama. Bagi mereka, tidak ada kata terlambat untuk belajar.


Semangat mereka masih tinggi untuk terus belajar, karena mereka merasa perlu untuk meningkatkan ilmu pengetahuan. Semangat untuk belajar juga dapat terus kita pupuk bila kita memiliki kerendahan hati. Contohnya Confucious pada 2.500 tahun yang lalu menyatakan, “Di antara 3 orang berkumpul pasti ada seorang yang bisa menjadi guruku.” Dunia sudah mengakui dirinya sebagai seorang filosof yang jenius, tetapi ungkapan tersebut menunjukkan kerendahan hatinya yang masih merasa perlu untuk terus belajar. Sementara itu, kesediaan belajar tanpa tujuan yang jelas justru menyia-nyiakan waktu dan mengurangi antusiasme belajar. Karenanya tetapkan fokus untuk mempelajari bidang tertentu dalam rentang waktu tertentu pula. Misalnya jika tahun ini Anda ingin mendalami ilmu pengetahuan tentang kepemimpinan, maka Anda akan berusaha mencari sumber informasi tentang segala hal yang berkaitan dengan ilmu kepemimpinan entah melalui internet, buku, seminar dan lain sebagainya.


Dengan demikian, Anda akan mengetahui banyak hal secara mendalam tentang materi yang sedang Anda pelajari. Semakin banyak yang Anda ketahui akan membuat Anda termotivasi untuk menggali informasi lebih dalam lagi. Sebagaimana sebuah pepatah bijak menyebutkan, “The more you know, the less you get. – Semakin Anda mengetahui, maka Anda semakin merasa tidak mengerti.”


Selanjutnya miliki sikap konsisten dengan apa yang sudah dipelajari. Sebuah ilmu pengetahuan sebaik apapun hanya akan menjadi wacana yang sia-sia dan tidak berpengaruh terhadap semangat belajar jika tidak kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Jim Rohn mengemukakan tentang pentingnya menerapkan ilmu pengetahuan yang kita ketahui.


“We must learn to apply all that we know so that we can attract all that we want. – Kita harus belajar untuk menerapkan apa yang kita ketahui, sehingga kita dapat menarik segala sesuatu yang kita inginkan,” ungkapnya.


Demikian pula kata Confucius, “The essence of knowledge is, having it, to apply it; not having it, to confess your ignorance. – Nilai ilmu pengetahuan adalah dengan memiliki dan menerapkannya, bukan sekedar memilikinya untuk memenuhi ketidaktahuan saja.”


Kita akan mencapai kemajuan pesat di segala bidang bila kita konsisten menerapkan ilmu pengetahuan yang kita miliki. Ilmu pengetahuan tentang mode, politik, keagamaan, tehnik, dan lain sebagainya tak hanya menjadi wacana di pusat-pusat pendidikan. Dengan melaksanakan semua ilmu pengetahuan yang kita miliki kedalam kehidupan sehari-hari, maka semangat belajar kita akan terus meningkat.


Selain cara-cara yang saya uraikan di atas, sebenarnya masih banyak cara lain yang dapat kita tempuh untuk menjaga semangat belajar kita. Yang terpenting adalah tetap mengupayakan belajar kapanpun dan bagaimanapun kondisi kita agar ilmu pengetahuan atau wawasan dan kualitas berpikir kita senantiasa lebih baik. Dengan demikian, kita tak hanya mampu melakukan tindakan-tindakan yang relevan dengan perubahan yang terus terjadi tetapi juga mampu menjangkau cita-cita tertinggi.

Continue Reading »

5 Menit Saja

Seorang ibu duduk di samping seorang pria di bangku dekat Taman Bermain samping persimpangan jalan kota pada suatu minggu pagi yang indah cerah. 
“Tuh.., itu putraku yang di situ,” katanya, sambil menunjuk ke arah seorang anak kecil dalam T-shirt biru yang sedang meluncur turun dipelorotan. Mata ibu itu berbinar, bangga.

“Wah, bagus sekali bocah itu,” kata Bapak di sebelahnya. “Lihat anak yang sedang main ayunan di bandulan pakai T-shirt merah itu? Dia anakku,” sambungnya, memperkenalkan. Lalu, sambil melihat arloji, ia memanggil putranya. “Ayo Jack, gimana kalau kita sekarang pulang?” Jack, bocah kecil itu, setengah memelas, berkata, “Kalau lima menit lagi,boleh ya, Yahhh? Sebentar lagi Ayah, boleh kan? Cuma tambah lima menit kok,yaaa…?”

Pria itu mengangguk dan Jack meneruskan main ayunan untuk memuaskan hatinya. Menit menit berlalu, sang ayah berdiri, memanggil anaknya lagi. “Ayo, ayo, sudah waktunya berangkat?” Lagi-lagi Jack memohon, “Ayah, lima menit lagilah. Cuma lima menit tok, ya? Boleh ya, Yah?” pintanya sambil menggaruk-garuk kepalanya. Pria itu bersenyum dan berkata, “OK-lah, iyalah…”

“Wah, bapak pasti seorang ayah yang sabar,” ibu yang di sampingnya, dan melihat adegan itu, tersenyum senang dengan sikap lelaki itu. Pria itu membalas senyum, lalu berkata, “Putraku yang lebih tua, John, tahun lalu terbunuh selagi bersepeda di dekat sini, oleh sopir yang mabuk. Tahu tidak, aku tak pernah memberikan cukup waktu untuk bersama John. Sekarang apa pun ingin ku berikan demi Jack, asal saja saya bisa bersamanya biar pun hanya untuk lima menit lagi. Saya bernadzar tidak akan mengulangi kesalahan yang sama lagi terhadap Jack. Ia pikir, ia dapat lima menit ekstra tambahan untuk berayun, untuk terus bermain. Padahal, sebenarnya, sayalah yang memperoleh tambahan lima menit memandangi dia bermain, menikmati kebersamaan bersama dia, menikmati tawa renyah-bahagianya….”

Hidup ini bukanlah suatu lomba. Hidup ialah masalah membuat prioritas. Berikanlah pada seseorang yang kaukasihi, lima menit saja dari waktumu, dan engkau pastilah tidak akan menyesal selamanya. Prioritas apa yang Anda miliki saat ini?
Continue Reading »